
cHanelNusantara.com – Malaka | Diawali dengan Misa Pembuka Sinode, yang dipimpin oleh ketua umum Sinode Tingkat Paroki Kristus Raja Seon, Rm. Jefri Ndun, Pr, Paroki Kristus Raja Seon, Keuskupan Atambua gelar kegiatan Sinode para uskup sedunia, Tingkat Paroki Kristus Raja Seon, Minggu (30/01/2022).
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Rm. Jefry , dalam kotbahnya menegaskan bahwa Dasar dari sinode adalah kasih Allah yang memanggil manusia untuk terlibat dalam rencana karya penyelamatan_Nya.
“Allah tidak egois walaupun Ia Maha Kuasa. Justru kemahakuasaan-Nya terletak dalam kasih-Nya yang membuat Ia membuka diri-Nya bagi manusia dan memanggil manusia untuk terlibat dalam karya keselamatan_Nya”, tegasnya.
Pastor pembantu Paroki Seon ini juga menegaskan bahwa di dalam kasih Allah itulah, Allah juga menghendaki manusia untuk mengasihi satu sama lain.
“Sinode adalah panggilan untuk saling mengasihi yang diwujudkan dengan berjalan keluar untuk berjumpa, melihat, mendengar, mengalami sebanyak mungkin untuk pada akhirnya berjalan sekuat dan sejauh mungkin secara bersama dengan sesama dan Allah menuju keselamatan Allah sendiri” ujarnya.
Kegiatan Sinode dilanjutkan dalam beberapa sesi yaitu menyanyikan lagu Vos Amici Mei Estis, menyebut Visi-Misi dan Motto Keuskupan Atambua, Doa Persiapan Sinode, Sinode, Pleno, Catatan dari panitia dan arahan dari Pastor Paroki.
Sementara itu, Gaspar Ulu, selaku Ketua Pelaksana dalam sambutannya menjelaskan secara ringkas tentang sinode. Menurutnya, pengertian real sinode bahwa kita dipanggil untuk mendengarkan, bukan hanya mendengar sambil lalu namun kita mendengarkan secara cermat, dan teliti.
“Dari pengertian real sinode, kita dipanggil untuk mendengarkan, bukan mendengar sambil lalu. Kita mendengarkan secara cermat, teliti. Apalagi firman Tuhan dibacakan, apalagi ketika teman-teman mensharingkan pengalaman iman” kata Gaspar Ulu yang juga ketua DPP Paroki Kristus Raja Seon.
Dengan mendengarkan, lanjut Gaspar, kita mencari dan menemukan kehendak Allah bagi kita yang diutarakan lewat orang-orang, teman bahkan alam sendiri.
Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan pembagian kelompok sharing dan diskusi. Ada tujuh kelompok dan diberi nama menurut nama orang-orang Kudus. Adapun Pertanyaan-pertanyaan dibagi sesuai mekanisme dari panitia Keuskupan.
Setiap kelompok menjalani kegiatan diskusi dengan antusias dan serius. Menggeluti pertanyaan-pertanyaan dengan sharing pengalaman hidup mereka.
Sebelum pleno, ada santap siang bersama yang disiapkan oleh panitia kemudian dilanjutkan dengan kegiatan pleno. Masing-masing kelompok mengutus salah satu anggotanya untuk membacakan hasil sinode.
Setelah itu dilanjutkan dengan beberapa catatan dari panitia dan juga arahan dari Pastor paroki. Rm. Jefri Ndun, Pr selaku Ketua Umum memberi beberapa catatan.
“Perlu diingat dan disadari bahwa arti Gereja adalah “kita semua” bukan saja kaum tertahbis. Gereja dalam Konsep Konsili Vatikan II adalah “umat Allah”. Ini perlu disadari dan diteruskan kepada umat akar rumput. Agar sinode bukan bersifat kegiatan evaluatif atau untuk menemukan strategi taktis untuk menyelesaikan masalah”, tegas Rm. Jefry, Pr.
Ia juga menegaskan bahwa Bapa Suci tidak mungkin membaca semua hasil sinode tetapi dari hasil ini akan ditemukan kerangka-kerangka besar yang dijadikan Visi-Misi, harapan dan cita-cita Gereja. Pada kesempatan ini juga, ia menjelaskan tentang pedoman teknis Sinode yang akan dilaksanakan di tingkat Lingkungan KUB.
Selanjutnya, Rm. Aloysius Kosat, Pr dalam arahan dan pencerahannya mengucapkan limpah terima kasih kepada panitia dan peserta yang sudah terlibat dalam sinode tersebut. sekaligus memberi catatan-catatan praktis tentang kegiatan Sinode pada khususnya dan juga hal-hal terkait pelayanan pastoral di Paroki Seon, pada umumnya.
“Jawaban-jawaban yang sudah ada menjadi refleksi kita bersama. Bukan hanya untuk saya, Rm. Jefri, Rm. Lando, untuk frater dan suster tetapi ini refleksi bersama”, kata mantan Deken Dekenat TTU.
Forum sinode, lebih lanjut ditegaskan Rm. Aloysius Kosat, Pr bukan hanya untuk evaluasi, bukan pula untuk mengumpulkan dan menyelesaikan kasus-kasus tetapi untuk merefleksikan apa yang dialami dari tingkat bawah sampai atas.
Tidak lupa mantan pastor Paroki Maubesi ini memberi pencerahan tentang hal-hal terkait dengan pelayanan sakramen-sakramentali maupun masalah sosial praktis lainnya.
“Untuk urusan perkawinan beda gereja atau beda agama atau dispensasi, itu bukan urusan kami, Itu urusan Uskup. Kami hanya memberi rekomendasi untuk berurusan dengan Uskup atau Kuria Keuskupan”, tutupnya.
Sinode diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin oleh Sr. Fransiska Rante, SJMJ dan berkat penutup dari Rm. Jeff Ndun, Pr. | */Rofinus Bria.