
Chanelnusantara.com – Belu | Mulutmu harimau mu, suatu pepatah yang seringkali digunakan dalam kehidupan sehari-hari di dalam masyarakat jika tak terkontrol omongannya.
Thank you for reading this post, don't forget to subscribe!Alhasil diduga ancaman yang dilontarkan oleh Kepala bidang (Kabid) Pembinaan Ketenagaan P&K Kabupaten Belu Yosefina Leny M Katho SP, terhadap salah satu anggota guru honorer yang mempertanyakan soal data farmasi CPNS di salah satu sekolah SMP Negeri Kecamatan Tasifeto Barat (Tasbar) terwujud untuk tidak diluluskan.
Setelah kejadian tersebut terjadi sekitar bulan Oktober 2022 lalu, honorer di SMP Negeri tersebut ternyata dinyatakan tidak lulus dalam seleksi CPNS setelah hasil diketahui.
“Sebelumnya dari dinas sudah minta kami punya data kelebihan dan kekurangan guru di SMPN, jadi kami sudah kerja sama-sama dari 12 orang itu delapan farmasi masing-masing sudah dapat satu-satu orang guru yang berjumlah 8 orang, dalam perjalanan sudah berkurang jadi 7 farmasi, jadi saya sempat datang dan tanya di kantor dinas dan tanya langsung ke ibu Kabid, terus kata ibu Kabid: ibu kami terima data dari sekolah tetapi ibu punya data tidak ada, jadi saya jawab kami punya data ada ibu, berarti ini ada permainan. Saya langsung omong waktu itu,” kata Florida Eli, S.Pd dengan kesal. Senin (17/04/2023).
Diduga karena kesal dengan pertanyaan Florida, Kabid Yosefina Leny M Katho merasa terganggu dengan pertanyaan tersebut dan melontarkan kata yang diduga pengancaman agar tidak diluluskan dalam tes CPNS.
“Ibu terlalu omong banyak, nanti saya lapor kesana supaya Ibu tidak lulus kata Kabid Yosefina Leny kepada saya waktu itu, dan benar saja kami 9 orang tidak lulus dan mereka yang baru mengabdi malah lulus 3 orang,” ujarnya.
Menurut Florida, setelah menyampaikan aspirasi kepada anggota DPRD dan salah satu pimpinan DPRD Belu yaitu Wakil Ketua 1 namun tidak diberikan solusi terbaik.
“Kami datang di dewan juga tidak diberikan solusi terbaik untuk kami, tidak ada yang menjanjikan untuk kami punya nasib kedepannya. Kami merasa penilaian terhadap kami oleh kepala sekolah tidak obyektif dan tidak adil bagi kami, masa guru yang baru mengabdi 3 tahun diprioritaskan sedangkan kami yang sudah kurang lebih 13 tahun tidak diprioritaskan. Ada apa itu? Apakah ada dendam pribadi antara Kepala sekolah dan guru-guru honor ? Padahal selama ini kami merasa menjalin hubungan dengan baik-baik saja dengan Kepala sekolah,” tukasnya.
Dijelaskannya, penilaian observasi oleh pengawas dan kepala sekolah diduga ada permainan dan terkesan lebih memilih titipan dari oknum tertentu sebab honorer perintis awal sekolah setelah berdirinya SMP Negeri tersebut tidak ada yang lulus, sedangkan tiga orang yang lulus merupakan pengabdi baru di sekolah tersebut.
“Yang nilai kami kan guru senior dan Kepala sekolah 80 persen sedangkan pengawas 20 persen, bagaimna didepan bapa dewan Kepala sekolah seolah-olah cuci tangan dan mengatakan keputusannya dari pusat? Sedangkan yang menilai dari ketiga orang ini,” jelas Florida dengan kecewa.
Menurut Florida dalam juknis sudah jelas bahwa yang memberikan penilaian observasi diberikan oleh Kepala Sekolah, Guru senior dan pengawas.
“Tadi di dalam ruangan pengawas saja tidak dikasih kesempatan untuk omong jadi seolah-olah sudah disetting sehingga tidak jelas seperti ini,” kesalnya.
Selain itu Joko Wahyudi, S.Pd seorang honorer lainnya juga mengatakan dengan ketidakpuasan tersebut, kesembilan honorer mendatangi DPRD Kabupaten Belu untuk menyampaikan keluh kesahnya namun dinilai nihil.
“Kami kesini berharap dapat diselesaikan masalah kami namun karena ini menyangkut masa depan dan kehidupan kami, tetapi bapak anggota dewan malah membuat kami kecewa karena tidak ada hasil dan terkesan dibiarkan,” ungkap Joko.
Florida, Joko dan kawan-kawan mendatangi DPRD Belu dalam rangka menyampaikan aspirasi karena menganggap rumah rakyat di DPRD, namun mereka merasa kecewa setelah mendengarkan kesimpulan dari DPRD Belu dalam ruangan Wakil Ketua 1 DPRD Belu.
Pantauan awak media salah satu honorer datang ke gedung DPRD Belu sambil menggendong anaknya yang masih balita sambil memohon kepada pemerintah maupun Dewan Perwakilan Rakyat, namun hasilnya seperti yang sudah dijelaskan Florida dan kawan-kawan. | Ad.